Pencampuran dan Pengecoran Campuran Beton merupakan pencampuran bahan dasar beton harus menggunakan takaran yang telah berkalibrasi. Penakaran bahan dasar harus memenuhi ketelitian untuk semen dan air 1%, agregat 2% dan bahan aditive 3%. Ada dua cara pencampuran bahan dasar, yaitu berdasarkan volume dan berat, untuk mutu beton kurang dari fc 25 MPa.
Pencampuran dapat melakukan berdasarkan volume bahan dasar. Beton mutu tinggi bahan dasarnya menakar berdasarkan berat. Pencampuran harus melakukan dengan alat pencampur mekanis agar mendapatkan mortal yang homogen. Modifikasi campuran pada lapangan berupa kebutuhan penambahan air untuk meningkatkan konsistensi campuran harus selalu menyertai dengan penambahan semen setara dengan faktor air semen yang telah menetapkan.
Pengangkutan, Penempatan dan Pengecoran Campuran Beton
Pengangkutan campuran dari mixer/batch plant kelokasi pembetonan harus menyesuaikan dengan sifat beton dan jenis konstruksi. Macam-macam alat pengangkut beton adalah gerobak dorong, ember, talang, pompa (concrete pump), conveyor belt, bucket dan tower cran, dumper dan truck mixer. Hal yang penting harus menghindari dalam proses pengangkutan adalah :
- Terjadinya segregasi
- Kehilangan pasta dan air
- Pengurangan tingkat kemudahan pengerjaan.
Penempatan campuran beton harus sedekat mungkin pada lokasi yang akan mengcor. Pelaksanaan pengecoran melakukan bertahap dan saling tumpang tindih untuk mencegah sambungan dingin. Bila pembetonan tidak selesai, maka pembetonan menghentikan pada tempat yang tidak membahayakan konstruksi sesuai petunjuk tenaga ahli. Bila pembetonan telah mengeras, pembetonan baru dapat melaksanakan setelah permukaan beton lama menjadi kasar dan membersihkan dengan sikat kawat.
Kompaksi Campuran Beton
Kepadatan beton sangat mempengaruhi oleh konsistensi campuran beton. Salain itu itu cara pemadatan yang benar juga merupakan salah satu faktor yang tidak boleh terabaikan. Oleh karena itu pengendalian mutu campuran berupa pengukuran kekentalannya harus melakukan secara teliti dan terukur. Metode ini mengenal dengan slump test. Harus memperhatikan bahwa pemadatan adalah usaha untuk memperkecil rongga udara seminimal mungkin, alat yang terpakai adalah penggetar mekanis (vibrator). Pelaksanaan pemadatan seharusnya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Hindari kemungkinan saling meredam.
- Penggetaran melakukan secukupnya untukmenghindari segregasi.
- Jangkauan titik pemadatan harus saling tumpang tindih agar hasil pemadatan merata.
Perawatan dan Pekerjaan Akhir Beton
Tujuan utama perawatan beton adalah mencegah penguapan air secara tiba-tiba pada permukaan beton. Untuk mencegah perubahan suhu secara mendadak dan mencegah retak plastis setelah pembetonan. Cara melaksanakan perawatan beton adalah dengan melindungi beton selama perawatan (finishing).
Kelembaban
Bahan pelindung dapat berupa karung atau terpal yang lembab meletakkan pada atas permukaan beton secara tidak langsung. Selama beberapa jam setelah finishing perlu mengadakan penyiraman halus (fog spraying) dengan air. Cat membran dapat juga menahan air dalam beton, dan memberikan segera setelah lapisan air hilang dan sebelum permukaan beton terlalu kering sehingga meresap.
Perlu mengingatkan bahwa pada 3 hari pertama sesudah pengecoran proses pengerasan beton tidak boleh terganggu oleh getaran atau tumbukan. Selain itu beton tidak boleh terbebani selama beton belum cukup keras/umur. Pelepasan cetakan beton memperkenankan apabila beton sudah cukup keras/umur dan kalau masih ada. Terdapat lubang atau rongga oleh sebab pemadatan kurang sempurna segeralah mengisi dengan mortar. Menurut SNI penggunaan struktur membolehkan setelah beton berumur 28 hari.